Skip to content

5.2 Perubahan Fonem: Metatesis dan Epentesis

Metatesis dan epentesis adalah dua jenis perubahan fonem yang terjadi ketika urutan atau penambahan bunyi pada kata diubah untuk berbagai alasan, seperti mempermudah pengucapan atau menyesuaikan dengan struktur fonotaktik suatu bahasa. Kedua fenomena ini sering ditemukan dalam perkembangan kata dari masa ke masa atau dalam dialek tertentu.

Metatesis

Metatesis adalah perubahan posisi dua atau lebih fonem dalam satu kata. Metatesis dapat terjadi karena berbagai alasan, termasuk kesalahan pengucapan, perubahan dialek, atau perkembangan bahasa secara alami dari waktu ke waktu. Proses ini dapat terjadi pada konsonan, vokal, atau kombinasi keduanya.

Jenis Metatesis

  1. Metatesis Historis

    Metatesis historis adalah perubahan fonem yang terjadi secara historis dalam perkembangan suatu bahasa.

    • Contoh dalam Bahasa Inggris:
      • Kata "brid" dalam bahasa Inggris Kuno berubah menjadi "bird" dalam bahasa Inggris Modern.
  2. Metatesis Dialektal

    Metatesis juga dapat terjadi dalam dialek tertentu untuk menciptakan variasi regional dari suatu kata.

    • Contoh dalam Bahasa Indonesia:
      • Kata "terbalik" dalam beberapa dialek bisa menjadi "tebralik," yang menunjukkan perubahan urutan konsonan /r/ dan /b/.
  3. Metatesis Spontan

    Metatesis spontan terjadi saat berbicara cepat atau ketika penutur salah mengucapkan urutan fonem dalam kata.

    • Contoh dalam Percakapan:
      • Kata "keras" bisa berubah menjadi "kasar" karena adanya perubahan urutan bunyi secara tidak sengaja.

Faktor yang Mempengaruhi Metatesis

  1. Kemudahan Pengucapan: Metatesis sering terjadi untuk memudahkan pengucapan kata, terutama jika urutan bunyi asli sulit diucapkan.

  2. Pengaruh Dialek atau Aksen: Metatesis juga bisa dipengaruhi oleh dialek atau aksen regional, di mana penutur mungkin memiliki kecenderungan untuk mengubah urutan bunyi.

Epentesis

Epentesis adalah penambahan fonem, baik vokal maupun konsonan, ke dalam kata untuk memudahkan pengucapan atau memenuhi aturan fonotaktik bahasa tersebut. Penambahan ini bisa terjadi di awal, tengah, atau akhir kata.

Jenis Epentesis

  1. Protesis

    Protesis adalah penambahan bunyi di awal kata. Protesis sering terjadi pada kata serapan agar sesuai dengan pola fonotaktik bahasa penerima.

    • Contoh dalam Bahasa Spanyol:
      • Kata "school" dalam bahasa Inggris menjadi "escuela" dalam bahasa Spanyol, dengan penambahan bunyi /e/ di awal.
  2. Anaptesis

    Anaptesis adalah penambahan bunyi di tengah kata untuk memudahkan transisi antara dua fonem yang sulit diucapkan secara berurutan.

    • Contoh dalam Bahasa Indonesia:
      • Kata "selembar" adalah bentuk dengan epentesis vokal untuk memisahkan dua konsonan yang berturut-turut, yaitu /s/ dan /l/ pada kata "slembar."
  3. Paragoge

    Paragoge adalah penambahan bunyi di akhir kata. Biasanya terjadi untuk memenuhi persyaratan fonotaktik atau untuk menambah ritme.

    • Contoh dalam Bahasa Indonesia:
      • Kata "siapa" dalam beberapa dialek mungkin diucapkan sebagai "siapah" dengan penambahan bunyi /h/ di akhir.

Faktor yang Mempengaruhi Epentesis

  1. Kesulitan Pengucapan: Penambahan fonem dalam epentesis sering kali terjadi untuk membuat pengucapan lebih mudah, terutama ketika terdapat dua konsonan yang sulit diucapkan secara berurutan.

  2. Penyesuaian dengan Aturan Fonotaktik: Epentesis juga dapat terjadi agar suatu kata sesuai dengan aturan fonotaktik bahasa tertentu. Misalnya, bahasa tertentu mungkin tidak mengizinkan konsonan berturut-turut, sehingga vokal ditambahkan untuk memisahkan konsonan tersebut.

Contoh Metatesis dan Epentesis dalam Bahasa Indonesia

  1. Metatesis dalam Bahasa Indonesia

    • Contoh: Kata "kerikil" kadang diucapkan sebagai "kirekil" dalam beberapa dialek. Ini menunjukkan perubahan posisi antara fonem /r/ dan /i/.
  2. Epentesis dalam Bahasa Indonesia

    • Contoh: Kata "ambillah" dalam bahasa Indonesia adalah contoh epentesis, di mana vokal /i/ ditambahkan untuk memisahkan konsonan /b/ dan /l/, sehingga lebih mudah diucapkan.

Perbedaan antara Metatesis dan Epentesis

  1. Metatesis melibatkan perubahan posisi fonem yang sudah ada dalam kata. Perubahan ini menyebabkan urutan bunyi berubah tetapi tidak menambah fonem baru.

  2. Epentesis melibatkan penambahan fonem ke dalam kata untuk memudahkan pengucapan atau untuk menyesuaikan dengan aturan fonotaktik bahasa.

Latihan Perubahan Fonem: Metatesis dan Epentesis

  1. Identifikasi Metatesis:

    • Tentukan apakah terjadi metatesis pada kata berikut, dan jika ya, jelaskan urutan fonem yang berubah.
      • Kata "terbakar" menjadi "tebrakar"
      • Kata "karang" menjadi "rangkar"
  2. Identifikasi Epentesis:

    • Tentukan jenis epentesis yang terjadi pada kata berikut dan jelaskan alasannya.
      • "Ambillah"
      • "Sekolah" menjadi "esekolah" dalam dialek tertentu.
  3. Analisis Penggunaan Metatesis dan Epentesis:

    • Mengapa epentesis sering kali terjadi dalam bahasa serapan? Berikan contoh dari bahasa Indonesia atau bahasa lain.
  4. Praktik Metatesis dalam Percakapan:

    • Ubah urutan fonem dalam kata "berlian" menjadi bentuk metatesis yang sering terjadi dalam pengucapan cepat. Apa pengaruh perubahan ini terhadap kelancaran berbicara?

Kesimpulan

Metatesis dan epentesis adalah dua jenis perubahan fonem yang terjadi untuk mempermudah pengucapan, menyesuaikan struktur kata, atau mempermudah komunikasi. Metatesis melibatkan perubahan posisi fonem dalam kata, sedangkan epentesis melibatkan penambahan fonem baru. Memahami fenomena ini membantu kita memahami bagaimana bahasa berkembang dan bagaimana perubahan bunyi dapat terjadi dalam berbagai konteks linguistik, baik secara historis, dialektal, maupun spontan.